Judul Buku : QUINSHA
WEDDING STORY
Penulis : NIA MAHARANI
Genre : SPIRITUAL
Penerbit : LoveRinz Publishing
Tebal : 378 Halaman
Sinopsis :
Quinsha Ameera Maharani belum genap 22 tahun saat dinikahkan oleh
ayahnya dengan Reza Alifian Pahlevi, sahabat kakaknya yang tidak
dikenalnya. Insiden ponsel rusak berhari-hari membuat Quinsha harus
menerima kenyataan tidak bisa menghadiri akad nikahnya sendiri. Ada
marah, sedih, bingung, dan berbagai rasa bercampur menjadi satu.
Bagaimana Quinsha menghadapinya?
Point of Me :
Membaca novel bertemakan pernikahan itu sudah biasa. Sudah sangat
sering ditemui di pasaran. Namun, untuk yang satu ini kak Nia Maharani
mengemasnya menjadi suatu hal yang berbeda.
Bagaimana kisah cinta dalam diam itu menjadi sangat romantis ketika
tercurah dalam keadaan halal. Ketika membaca novel ini saya teringat
akan kisah cinta sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Ali bin Abi Thallib RA
dan putri Nabi, Fatimah Az – Zahra.
Sejak awal Quinsha meminta kepada keluarganya untuk memilihkannya
seorang calon suami sholeh yang bisa menjadi qawwam untuknya dan ayah
yang baik bagi anak – anaknya kelak. Hingga hadirlah seorang pemuda
sholeh Reza Alfian Pahlevi yang tak lain adalah sahabat kakaknya
sendiri. Quinsha yang memang belum mengenal Reza ini sempat gamang.
Karena hal yang ia tahu hanya sebatas Reza adalah pemuda pecinta alam.
Dimana, dalam ekspektasi Quinsha tentang pemuda pecinta alam adalah
memiliki rambut gondrong dan jarang mandi. Hal itu semakin membuat
Quinsha ragu untuk melihat profil calon suaminya yang telah kakaknya
kirim melalui email. Dibalik itu Quinsha juga yakin jika ayah dan
keluarganya tidak mungkin memilihkan suami yang tidak baik untuknya.
Intinya saya tidak akan menceritakan detail tentang keseluruhan isi cerita. Jika penasaran langsung search saja di google dengan keyword yang sama judulnya. Insyaallah ada.
Intinya saya tidak akan menceritakan detail tentang keseluruhan isi cerita. Jika penasaran langsung search saja di google dengan keyword yang sama judulnya. Insyaallah ada.
Pertemuan Quinsha dengan Reza selepas acara Ijab Qabul keesokan
harinya, detik – detik mengenal suaminya dan kisah – kisahnya setelah
menikah terangkum sangat manis tanpa mengurangi nilai – nilai islam di
dalamnya.
Banyak hal positif yang bisa dipetik dari novel ini. Penuh sarat makna
di setiap penyampaian jalan ceritanya. Ditambah pemilihan diksi dan gaya
bahasa membuat saya semakin larut dalam jalan ceritanya.
So, Guys tanpa perlu berpacaran kita juga bisa membuat pernikahan
menjadi romantis. Bahkan sangat romantis. Buat apa berlama – lama
pacaran, namun tak sampai pada yang namanya pernikahan. Percayalah Islam
mengatur kisah asmara itu dengan sangat indah. Dan itu hanya ada pada
pernikahan. Bukan pacaran.
Beberapa quote dalam novel yang sukses bikin baper :
“Karena tidak ada satupun yang terjadi di alam ini tanpa kehendak-Nya.
Meski semua sudah diatur sebaik mungkin, tapi kalau Allah tidak
berkehendak dan Dia menghendaki yang lain, maka gagallah seluruh
skenario yang sudah Allah siapkan.” Hal. 32
“Mestinya ku tidak pantas nangis untuk sesuatu yang seharusnya
disyukuri.” Hal. 36
“Kita pernah bertemu tapi tidak saling mengenal. Menikahimu adalah
jalanku untuk mengenal dan mencintaimu. Menerimaku sebagai suami adalah
caramu menerimaku apa adanya tanpa perlu aku mengumbar rayuan palsu.” Al
kepada Quinsha, hal. 53
“Sebuah benda tidak bisa dinilai hanya dari sampulnya. Apalagi manusia
yang dikaruniai nurani dan akal. Dengan nuraninya dia belajar mencinta.
Dengan akalnya dia belajar akan menemukan fitrah penciptaannya dan
keharusan tunduk pada aturan dzat yang menciptakannya. Aku akan tetap
mensyukurinya, karena dia suamiku.” Quinsha kepada Al, hal. 55
“Jika pada seluruh pegawai, dia begitu memuliakan, apalagi pada
istrinya. Dan istrinya itu adalah aku.” hal 115
“Dengan ibu seperti Farah, kamu tidak perlu meragukan apapun tentang
suamimu.” Hal. 158
“Masyaallah, yang telah menghadirkan rasa cinta dan menikmatinya dengan
halal.” Hal. 166
“Jatuh cinta itu berarti ada orang yang terjatuh kedalam cinta. Dan dia
larut di dalamnya. Menikmatinya. Padahal kan yo namanya jatuh itu ga
boleh lama-lama. Dia harus cepet-cepet bangun. Bangun apa ? yo bangun
cinta. Nah ini yang berat. Butuh kerja sama suami istri. Supaya apa ?
supaya mereka berkelimpahan cinta setiap hari.” Hal. 167
“Bersama, berdua, kita saling mengingatkan.” Hal. 182
“Harus sabar agar hasilnya sempurna. Adakalanya kegagalan itu karena
ketidaksabaran. Apalagi setelah tanda-tanda keberhasilan mulai
terlihat.”
“Cintai aku dengan biasa saja. Tidak berlebihan. Cinta dengan tidak
mengambil prioritas cinta Allah. Cintai aku dengan sederhana saja !”
Hal. 297
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar