Kamis, 17 Juli 2025

Ingatan Tentang Masa Kecilku

Pagi ini adalah hari ke delapan aku mengikuti tantangan “30 day writing challange”. Di tantangan sebelum-sebelumnya sangat sederhana, jadi biasanya aku hanya mempostingnya di telegram. Untuk yang tantangan kali ini rasanya sedikit berbeda, yaitu diminta untuk menceritakan tentang kisah masa kecil. Dan karena masa kecilku sangatlah indah untuk kukenang, jadilah aku memutuskan untuk mengabadikannya di blog ini.

Aku adalah anak serta cucu pertama dari seorang anak tunggal.  Maksudku, ayahku merupakan anak satu-satunya kakek dan nenek. Jadi bisa dibilang aku merupakan kesayangan mereka semua. Saat kecil perekonomian keluargaku masih lumayan baik, meskipun bukan yang berlebih, namun cukuplah. Aku menganggapnya demikian karena sewaktu kecil aku cukup dimanjakan oleh mereka. ibuku sering menceritakan demikian soalnya.

Aku beruntung karena ayah dan kakekku selalu memberikan apa yang kumau. Tentu saja maksud yang kumau di sini, adalah kemauan-kemauan anak kecil akan jajan dan mainan. Bukan kemauan yang terlampau mewah. Aku masih ingat dalam beberapa hari dalam seminggu, kakek selalu mengajakku ke pasar. Jika aku mulai lelah berjalan, beliau menggendongku di punggung. Sewaktu kecil aku suka sekali makan pisang, dan beliau selalu membelikanku pisang satu sisir.

Sampai aku bersekolah di sekolah dasar, aku masih menjadi gadis kecil kesayangan di keluargaku. Segala kebutuhanku terpenuhi dengan baik, beberapa kali aku merasa lebih beruntung dibanding teman-temanku–terlebih teman sebangku. Aku bisa bersekolah dengan ditemani ibu, sedangkan dia harus dipaksa mandiri lebih cepat karena kedua orangtuanya bekerja. Ya, setidaknya di tahun pertama aku bersekolah, rasanya masih sangat bahagia.

Semua mulai berubah saat aku berusia delapan tahun atau naik ke kelas dua. Allah memberiku seorang adik lucu. Aku sangat bahagia dan antusias kala itu. Bahkan aku suka sekali mencuci baju-bajunya di sungai. Hingga kemudian lama-kelamaan aku mulai sadar jika aku harus membagi perhatian semua orang dengan adikku. Aku bukan lagi menjadi prioritas, dan harus mengalah. Seperti ketika adik mendapat sepatu baru, namun aku tidak.

Aku masih ingat, Ibu pernah bilang jika aku harus bersyukur karena pernah ada di saat posisi kakek sedang  jaya-jayanya, namun tidak dengan adikku. Beberapa tahun kemudian Ibu juga mulai bekerja, terkadang aku juga harus membawa adikku saat bermain dengan teman-teman.

Berbicara mengenai teman, aku juga cukup beruntung karena memiliki banyak teman mulai dari yang sepantaran, lebih tua dan lebih muda. Hampir semua permainan di era tahun dua ribuan kami mainkan kala itu. Mulai dari masak-masakan hingga memasak secara harfiah. Kami sering mencari jamur merang di sawah, setelah itu kami mengolahnya untuk makan bersama. Terkadang patungan meski hanya sekadar memasak telur dicampur tepung. Karena memakannya beramai-ramai sehingga  rasanya terasa nikmat. Pernah satu kali kami bertindak ceroboh dengan menumpahkan minyak tanah pada kuah jamur yang telah jadi, yang mengakibatkan kami semua jadi makan jamur rasa minyak tanah.

***

Psst, ternyata aku hanya sanggup menulis sedikit saja hari ini. Mungkin lain kali kita coba lagi. xoxo...

Tentang Keluargaku

Akhirnya sampai juga di tantangan ke lima belas, yang mana aku harus mendeskrisikan tentang keluargaku. Sangat mudah, karena keluargaku cukup kecil. Hanya Aku, Bapak, Ibu dan Adik. 

bapakku seorang yang biasa saja, dia bekerja sebagai buruh tani dan tamatan sekolah dasar. Namun meskipun demikian, beliau sangat keren di mataku. Tak pernah lelah ataupun mengeluh untuk bekerja keras demi anak dan istrinya. Masih segar dalam ingatan, saat aku duduk di bangku sekolah menengah pertama atau SMA, beliau sakit keras akibat infeksi titanus. Dua orang yang menjadi teman sekamar di ruang rawat meninggal, beliau satu-satunya yang survive saat itu. Semangat untuk bisa sembuh Bapak sangatlah tinggi. Terlihat saat beliau tidak pilih-pilih makanan selama masa pemulihan, juga rutin minum obatnya tanpa banyak drama. Aku belajar banyak dari kerja keras dan semangat hidupnya. 

Ibuku tentu partner terbaik untuk Bapak. Meskipun mereka bukan pasangan yang romantis, namun melengkapi satu sama lain. Ibu merupakan seseorang yang bisa jadi sahabat untuk anak-anaknya. 

Adikku merupakan anak lelaki terbaik yang aku kenal. Aku mengatakan ini bukan karena dia adikku. Tapi karena memang dia sebaik itu menjadi seorang anak. Dia cerdas dan Sholeh. Tak pernah membuat masalah dan sangat penurut terhadap orangtua. Aku harus banyak belajar darinya.