Jumat, 13 November 2015

Aku dan Ayah


Ayah …
Masih tercetak sempurna dalam ingatan, dulu kau tak pernah lelah menggenggam tangan mungilku seolah aku akan terjatuh jika kau melepas peganganmu.



Ayah …
Kau tak pernah malu menunjukkan pada dunia bahwa akulah putri kebanggaanmu, padahal aku selalu meronta ingin terlepas dari genggaman erat tanganmu …

Ayah …
Dulu aku terlalu menginginkan kebebasan. Selalu marah jika kau paksa untuk berhenti bermain. Padahal kau hanya tidak ingin aku kelelahan dan bangun kesiangan ketika pagi menjelang. Kau tak ingin aku menjadi anak yang malas untuk berangkat kesekolah.

Ayah ….
Betapa aku rindu menjadi putri kecilmu. Sekarang kau berikan aku kebebasan untuk melanglang dunia seperti yang ku inginkan dulu. Bahkan kau tak pernah marah ketika aku malas membantu ibu dan mencuci motorku dengan dalih lelah karena seharian kuliah sambil bekerja.

Ayah …
Mungkin kini kau terkesan cuek, tetapi aku yakin cintamu masih sama besarnya seperti dulu. Terbukti ketika kau tak pernah lupa mengecek keadaan kamarku ketika malam menjelang. Memastikan jendelaku tertutup rapat dan menjagaku di keremangan malam. Hanya untuk sekedar memastikan tidurku nyenyak dan aku merasa aman.

Ayah … 
Kau adalah lelaki terhebat yang Allah anugrahkan untukku. Kau kuat dan tak pernah menampakkan wajah lelah. Bahkan ketika kau baru saja pulang bekerja, kau masih rela kembali ke sawah demi mencari bibit tanaman yang aku butuhkan untuk dibawa kesekolah.Tak sedikitpun kau menampakkan raut masam akan rengekanku.

Ayah …
Aku tau kau selalu berusaha tegar di hadapanku, padahal tiap malam kau tak pernah benar – benar tidur terlelap karena memikirkan bagaimana caranya agar aku dapat sekolah dan terus sekolah. Berjuang segenap jiwa dan raga agar aku tak merasa kekurangan.

Ayah …
Kau yang paling bisa mengendalikanku. Kau yang tak perlu banyak bicara jika memerintahku.Tindakanmu sangat mujarab untuk menghentikanku dari kenakalan.

Ayah …
Terima kasih atas perjuanganm uuntuk tetap hidup.Untuk tetap berada di sampingku.Kau tau Ayah ketika melihatmu terbujur kaku di brangkar rumah sakit dulu. Saat itu pula aku merasa duniaku runtuh. Aku merasa hidupku tak sempurna lagi. Jiwaku terasa kosong. Rasanya seperti dihimpit oleh dua dinding besar di kanan kiriku. Sesak dan sangat menyesakkan.

Ayah …
Darimu aku banyak belajar arti kehidupan. Untuk tak pernah mengeluh dalam keadaan tersulitpun. Untuk selalu tegar dalam meniti kehidupan. Untuk menulikan telinga atas segala cercaan.

Ayah …
Aku berjanji, suatu hari nanti. Aku akan mempersembahkan prestasiku untukmu. Akan membungkam setiap lisan yang menghinamu dengan kesuksesanku. Akan memelukmu dengan segenap cintaku.

Ayah …
Jika dunia memberiku segala kemegahan isinya, itu takkan pernah sebanding dengan rasa cinta yang kau berikan padaku.

Ayah …
Jika Allah memberiku ribuan kertas dan pena, rasanya takkan pernah cukup tuk menulis segala kebaikan hatimu.

Ayah …
Kaulah teladanku, orientasiku, kebahagianmu adalah tujuanku.

Ayah …
Senyummu surga bagiku.

Ayah …


Aku mencintaimu dengan segenap jiwaku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar