Rabu, 18 November 2015

[Review Film] - Bajrangi Bhaijaan


Cast     :
  • Salman Khan  As  Pawan Kumar Chaturvedi / Bajrangi Bhaijan
  • Kareena Kapoor  Khan  As Rasika
  •  Harshaali Malhotra As Shahida / Munni
  •  Nawazuddin Siddiqui As Chand Nawab


Direction         : Kabir Khan
Genre              : Drama

**__**


Mengernyitkan dahi ! itulah reaksi pertama yang aku berikan ketika salah seorang teman  meng-copy film ini pada flashdiskku. Bajrangi Bhaijaan, dua kata yang terdengar aneh di telingaku. Dua kata yang bahkanbaru aku saja aku temukan. Karena penasaran saya langsung bertanya itu film apa ? namun bukan jawaban yang diberikan, malah temanku menunjukkan matanya yang sembab dengan kantung besar di bawah kelopaknya.
Ok ! aku mengambil kesimpulan, Film ini pasti sedih. Ah aku suka film yang sedih. Terlebih sad ending. Karena panasaran kembali kudesak temanku untuk menceritakan garis besarnya. Lagi – lagi gagal. Aku mendesah pasrah.

Setibanya di rumah tiba – tiba rasa penasaran itu hilang. Dan alhasil film itu hanya ku copy pada notebook bewarna pink kesayanganku, dan mengendap di sana selama kurang lebih seminggu.

Hingga pada malam itu tiba, ketika suasana hati lagi galau karena paketan data habis (baca : Curcol)  dan otak sedang malas berfikir untuk melanjutkan pembuatan karya ilmiah, akhirnya kuputuskan untuk menonton film ini. Sekalian merefresh otak yang sedang kacau.

First Impression ?

Excited. Film ini diawali dengan tampilan gunung tinggi yang diselimuti salju putih. Sejenak instingku mengira – ngira jika itu mount everest. Dilanjutkan dengan gambaran penduduk desa yang sangat rukun dan damai. Setiap wanitanya memakai pakaian gamis longgar dan kerudung panjang. Ini sudah pasti seorang muslim ! Tebakku lagi. Terlebih ketika melihat gadis kecil ini. Membuatku semakin dilanda rasa penasaran ingin lebih tau jalan cerita yang sebenarnya. Gadis kecil pemilik domba kecil putih yang selalu membuat lengkungan pada bibirnya. Menyembunyikan deretan gigi yang rapi dan putih dibaliknya. Ahh, alangkah manisnya senyum gadis kecil ini.


Jadi Filmnya tentang apa ?

Menceritakan tentang Shahida, si gadis cilik yang bisu namun dapat mendengar. Ibunya membawa Shahida ke Delhi, dengan maksud agar Shahida dapat berbicara lagi. Namun naas ketika kepulangannya kembali ke tanah air (Pakistan) kereta apinya bermasalah dan mogok semalaman. Disaat semua orang terlelap tidur termasuk ibunya, Shahida melihat seekor domba kecil yang kedinginan di luar kereta. Iapun menghampiri dan memeluknya. Tanpa Shahida sadari kereta akhirnya berjalan kembali dan meninggalkan Shahida seorang diri di tengah pekatnya malam di negara India. Kota yang asing bagi Shahida.

Sungguh, yang ada dalam benakku kala itu adalah menebak jika film ini akan mengalir dalam drama yang penuh kesedihan dan menguras air mata. Lagi – lagi aku teringat mata sembab temanku pada hari itu.Beruntung saat ini di dekatku telah terdapat tisu. Barang ini akan akan sangat berguna jika aku baper. Dan ternyata dugaanku kali ini benar. Aku menangis saudara – saudara… keesokan paginya aku terbangun dengan mata yang sama seperti milik temanku. Sembab dan terdapat kantung mata yang telah menghitam.


Hal menariknya apa ?
Ketika Shahida bertemu seorang bernama Pawan Kumar. Pemuda beragama hindu yang berhati tulus.


Awalnya pawan hanya membelikan Shahida makanan dan sebuah kaluang berbandul dewa. Dengan harapan kalung itu akan menjaga dan melindungi Shahida dari kejahatan. Namun Shahida tetap keukeh mengikuti setiap langkah kaki Pawan.

Pawan yang tidak tega akhirnya mengajak Shahida untuk tinggal bersamanya sementara, selagi mencari keberadaan orangtua Shahida. 


Di dalam bus menuju perjalanan pulang. Pawan menyebutkan nama seluruh kota india pada Shahida. Berharap jika ia menyebutkan kota tempat Shahida tinggal, Shahida akan mengangguk. Namun itu tak berhasil, Shahida terus menggeleng. 

Hal itu pula yang memancing interaksi antar penumpang bus lainnya. Mereka juga ikut menyebutkan berbagai nama kota di india. Shahida pun tetap menggeleng. Dan berlanjut pada Pawan yang akhirnya bercerita tentang dirinya.Cerita pawan membuat para penumpang tergelak. Bagaimana mungkin Pawan yang notabeni anak kepala sekolah justru tumbuh menjadi anak bodoh. Tidak bisa matematika, selalu geli ketika diadu untuk gulat, bahkan ketika upacara Pawan selalu main – main sendiri. Untuk lulus kuliah saja ia harus mengulang ujian selama sebelas kali. 

Pawan memang bodoh, namun jiwanya sangat luhur. Ia tumbuh menjadi pemuda yang jujur. Dan kejujuran inilah yang mempertemukannya dengan Rasika. Pertemukan yang sangat menggelikan menurutku ...

Bersama Rasika dan keluarganya, Pawan menampung Sahida. Ah ya, Pawan memberi nama Shahida Munni. Orang bisu mana mungkin bisa menyebutkan namanya kan ?

Banyak konflik yang terjadi selepas bertemunya Shahida dan Pawan. Ayah Rasika yang sangat kolot dan taat beragama sangat marah ketika mengetahui jika Shahida beragama muslim. Hal itu terlihat dari cara Shahida beribadah dan memakan daging dirumah tetangga Rasika.
Ayah Rasika murka. Dan meminta Pawan untuk memulangkan Shahida. Sangat sulit untuk memulangkah Shahida ke Pakistan mengingat Pawan tidak memiliki pasport dan Visa.
Di Pakistan Pawan dianggap sebagai mata – mata India. Dan ia diburu oleh polisi Pakistan. Namun karena ketulusan hatinya banyak orang yang membantu Pawan. Mulai dari seorang ulama Pakistan, hingga seorang wartawan harian.
                                            

Apakah ada tarian – tariannya ?

Sudah pasti. Namanya India pasti identik Film dengan selingan bernyanyi sambil menari



Apa yang difirkan ketika menonton film ini ?

Ingin menganalisis film ini menjadi sebuah karya ilmiah. Hahaha …Give aplouse buat penulis film yang sangat berkualitas ini. Alurnya rapi dan konten cerita yang disajikan juga sangat amazing.

Biasanya ketika menonton film aku suka mengunci diri di dalam kamar, mematikan lampu agar tak ada yang melihat aku menangis karna sebuah film. Ahh, lagi – lagi film ini berhasil mengeluarkanku dari zona nyaman. Keadaan baterai notebook yang hamper kosong ketika film berputar pada durasi ke 56 menit mengharuskanku pindah keruang depan yang berdekatan dengan ruang tamu. Satu – satunya ruangan yang stop kontaknya kosong. Masa bodoh dengan keadaan ruangan yang terang berderang dan orang rumah yang berlalu lalang di depanku. Pertama kalinya aku berhasil memutuskan urat malu karena terlalu focus pada layar. Whatever ketika Ayah dan Ibu yang geleng – geleng kepala melihat kumengelap air mata plus ingus dengan tisu. Hikkkssss *Cry*  

Pesan  apa yang dapat di ambil ?

Ketulusan dapat meluberkan sebuah permusuhan. Terbukti ketika pada akhirnya dua negara penuh konflik ini bersatu di perbatasan masing – masing untuk membebaskan seorang Pawan dari kurungan penjara Pakistan.



Adegan yang paling disukai ?

Ketika Pawan dan si wartawan harian berjuang melarikan diri dari polisi pakistan. Mulai dari naik bus di bagian atapnya, kemudian berganti menumpang pada truck yang mengangkut jagung. Hingga aksi berjalan kaki di hutan yang berakhir dengan pawan menggendong Shahida bergantian dengan si wartawan.


Bagaimana Endingnya ?
Pertama kalinya aku menonton film yang endingnya menguras air mata padahal bukan sad ending. Rasanya sulit move on dari kisah ini. Ceritanya mengakar kuat di hati.


Pemberian bintang / rate ?
Dari lima bintang aku member empat bintang untuk film ini. Mengapa ? karena ada beberapa bagian yang menurutku miss.
  1.  Ketika Shahida jatuh kejurang yang tiba – tiba ia bisu. Aku bingung apakah Shahida ini bisu akibat jatuh dari jurang atau sejak lahir. Pasalnya tidak dijelaskan secara detail. 
  2. Ketika Pawan tertembak, dan berakhir di penjara. Padahal pada saat itu aku kira pawan akan meninggal. Disana juga tidak jelas Pawan tertembak di bagian tubuhnya yang mana
Sebagus – bagusnya film pastilah ada kurangnya. Yah karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH … #Eeeeaaaaa 

And the last, Recomemded  banget deh  guys !!! nggak akan nyesel nonton film ini. Tak heran jika film ini juga booming di benua eropa. Good job buat orang – orang yang berada di balik film ini. 
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar