Cast :
- Salman Khan As Pawan Kumar Chaturvedi / Bajrangi Bhaijan
- Kareena Kapoor Khan As Rasika
- Harshaali Malhotra As Shahida / Munni
- Nawazuddin Siddiqui As Chand Nawab
Direction : Kabir
Khan
Genre : Drama
**__**
Mengernyitkan
dahi ! itulah reaksi pertama yang aku berikan ketika salah seorang teman meng-copy film ini pada flashdiskku. Bajrangi Bhaijaan, dua kata yang terdengar aneh
di telingaku. Dua kata yang bahkanbaru aku saja aku temukan. Karena penasaran saya langsung bertanya itu
film apa ? namun bukan jawaban yang diberikan, malah temanku menunjukkan
matanya yang sembab dengan kantung besar di bawah kelopaknya.
Ok ! aku mengambil kesimpulan, Film ini pasti
sedih. Ah aku suka film yang sedih. Terlebih sad ending. Karena panasaran
kembali kudesak temanku untuk menceritakan garis besarnya. Lagi – lagi gagal.
Aku mendesah pasrah.
Setibanya di rumah tiba – tiba rasa penasaran itu
hilang. Dan alhasil film itu hanya ku copy pada notebook bewarna pink kesayanganku, dan mengendap di sana selama kurang lebih seminggu.
Hingga pada malam itu tiba, ketika suasana hati
lagi galau karena paketan data habis (baca : Curcol) dan otak sedang malas berfikir untuk
melanjutkan pembuatan karya ilmiah, akhirnya kuputuskan untuk menonton film
ini. Sekalian merefresh otak yang sedang kacau.
First Impression ?
Excited. Film ini diawali dengan tampilan gunung tinggi
yang diselimuti salju putih. Sejenak instingku mengira – ngira jika itu mount everest. Dilanjutkan dengan
gambaran penduduk desa yang sangat rukun dan damai. Setiap wanitanya memakai
pakaian gamis longgar dan kerudung panjang. Ini sudah pasti seorang muslim !
Tebakku lagi. Terlebih
ketika melihat gadis kecil ini. Membuatku semakin dilanda rasa penasaran ingin
lebih tau jalan cerita yang sebenarnya. Gadis kecil pemilik domba kecil putih yang selalu
membuat
lengkungan
pada
bibirnya.
Menyembunyikan
deretan
gigi yang rapi
dan
putih
dibaliknya.
Ahh, alangkah
manisnya
senyum
gadis
kecil
ini.
Jadi
Filmnya tentang apa ?
Menceritakan
tentang Shahida, si gadis cilik yang bisu namun dapat mendengar. Ibunya membawa
Shahida ke Delhi, dengan maksud agar Shahida dapat berbicara lagi. Namun naas
ketika kepulangannya kembali ke tanah air (Pakistan) kereta apinya bermasalah
dan mogok semalaman. Disaat semua orang terlelap tidur termasuk ibunya, Shahida
melihat seekor domba kecil yang kedinginan di luar kereta. Iapun menghampiri
dan memeluknya. Tanpa Shahida sadari kereta akhirnya berjalan kembali dan
meninggalkan Shahida seorang diri di tengah pekatnya malam di negara India.
Kota yang asing bagi Shahida.
Sungguh, yang ada
dalam
benakku
kala
itu
adalah
menebak
jika film ini
akan
mengalir
dalam drama yang penuh
kesedihan
dan
menguras air mata. Lagi –
lagi aku teringat mata sembab temanku pada hari itu.Beruntung saat ini di dekatku
telah
terdapat
tisu.
Barang
ini
akan
akan
sangat
berguna
jika
aku
baper. Dan ternyata
dugaanku
kali
ini benar.
Aku
menangis
saudara – saudara… keesokan
paginya
aku
terbangun
dengan
mata yang sama
seperti
milik
temanku. Sembab
dan
terdapat
kantung
mata yang telah
menghitam.
Hal
menariknya apa ?
Ketika
Shahida bertemu seorang bernama Pawan Kumar. Pemuda beragama hindu yang berhati tulus.
Awalnya pawan hanya membelikan Shahida makanan dan sebuah kaluang berbandul dewa. Dengan harapan kalung itu akan menjaga dan melindungi Shahida dari kejahatan. Namun
Shahida
tetap
keukeh
mengikuti
setiap langkah kaki Pawan.
Pawan
yang tidak tega akhirnya
mengajak
Shahida untuk tinggal bersamanya sementara, selagi mencari keberadaan orangtua Shahida.
Di
dalam bus menuju perjalanan pulang. Pawan menyebutkan nama seluruh
kota india pada Shahida. Berharap jika ia menyebutkan kota tempat Shahida
tinggal, Shahida akan mengangguk. Namun itu tak berhasil, Shahida terus menggeleng.
Hal
itu pula yang memancing interaksi antar penumpang bus lainnya. Mereka juga ikut menyebutkan berbagai nama kota di india. Shahida pun tetap
menggeleng.
Dan berlanjut
pada
Pawan
yang akhirnya bercerita tentang dirinya.Cerita pawan membuat para penumpang tergelak. Bagaimana mungkin
Pawan yang notabeni anak kepala sekolah justru tumbuh menjadi anak bodoh. Tidak
bisa matematika, selalu geli ketika diadu untuk gulat, bahkan ketika upacara
Pawan selalu main – main sendiri. Untuk lulus kuliah saja ia harus mengulang
ujian selama sebelas kali.
Pawan memang bodoh, namun jiwanya sangat luhur. Ia tumbuh menjadi pemuda yang jujur. Dan kejujuran
inilah yang mempertemukannya
dengan
Rasika.
Pertemukan
yang sangat menggelikan menurutku ...
Bersama Rasika dan keluarganya, Pawan menampung
Sahida. Ah ya, Pawan memberi nama Shahida Munni. Orang bisu mana mungkin bisa
menyebutkan namanya kan ?
Banyak
konflik yang terjadi selepas bertemunya Shahida dan Pawan. Ayah Rasika yang
sangat kolot dan taat beragama sangat marah ketika mengetahui jika Shahida
beragama muslim. Hal itu terlihat dari cara Shahida beribadah dan memakan
daging dirumah tetangga Rasika.
Ayah
Rasika murka. Dan meminta Pawan untuk memulangkan Shahida. Sangat sulit untuk memulangkah
Shahida ke Pakistan mengingat Pawan tidak memiliki pasport dan Visa.
Di
Pakistan Pawan dianggap sebagai mata – mata India. Dan ia diburu oleh polisi
Pakistan. Namun karena ketulusan hatinya banyak orang yang membantu Pawan. Mulai
dari seorang ulama Pakistan, hingga seorang wartawan harian.
Apakah
ada tarian – tariannya ?
Sudah pasti. Namanya India
pasti identik Film dengan selingan bernyanyi sambil menari
Apa yang difirkan
ketika
menonton film ini ?
Ingin menganalisis film ini
menjadi
sebuah
karya
ilmiah. Hahaha …Give aplouse buat
penulis film yang sangat
berkualitas
ini. Alurnya
rapi
dan
konten
cerita
yang disajikan juga
sangat
amazing.
Biasanya ketika menonton film aku
suka
mengunci
diri di
dalam
kamar, mematikan
lampu agar tak
ada yang melihat
aku
menangis
karna
sebuah film.
Ahh, lagi – lagi film ini
berhasil
mengeluarkanku
dari
zona
nyaman.
Keadaan
baterai notebook yang hamper
kosong
ketika film berputar
pada
durasi
ke 56 menit
mengharuskanku
pindah
keruang
depan yang berdekatan
dengan
ruang
tamu. Satu – satunya
ruangan yang stop kontaknya
kosong. Masa
bodoh
dengan
keadaan
ruangan yang terang
berderang
dan orang rumah yang berlalu
lalang di depanku.
Pertama
kalinya
aku
berhasil
memutuskan
urat
malu
karena
terlalu
focus
pada
layar.
Whatever
ketika Ayah dan
Ibu yang geleng – geleng
kepala
melihat
kumengelap air mata plus
ingus dengan tisu. Hikkkssss *Cry*
Pesan
apa yang dapat di ambil ?
Ketulusan dapat
meluberkan sebuah permusuhan. Terbukti ketika pada akhirnya dua negara penuh
konflik ini bersatu di perbatasan masing – masing untuk membebaskan seorang
Pawan dari kurungan penjara Pakistan.
Adegan yang paling disukai ?
Ketika Pawan dan si wartawan harian
berjuang melarikan diri dari polisi pakistan. Mulai dari naik bus di bagian
atapnya, kemudian berganti menumpang pada truck yang mengangkut jagung. Hingga
aksi berjalan kaki di hutan yang berakhir dengan pawan menggendong Shahida
bergantian dengan si wartawan.
Pertama kalinya aku menonton film yang endingnya
menguras air mata
padahal
bukan sad ending. Rasanya
sulit move on dari
kisah
ini. Ceritanya
mengakar
kuat di hati.
Pemberian
bintang / rate ?
Dari lima bintang aku member empat bintang untuk film ini. Mengapa ?
karena
ada
beberapa
bagian yang menurutku
miss.
- Ketika Shahida jatuh kejurang yang tiba – tiba ia bisu. Aku bingung apakah Shahida ini bisu akibat jatuh dari jurang atau sejak lahir. Pasalnya tidak dijelaskan secara detail.
- Ketika Pawan tertembak, dan berakhir di penjara. Padahal pada saat itu aku kira pawan akan meninggal. Disana juga tidak jelas Pawan tertembak di bagian tubuhnya yang mana
And the last, Recomemded banget deh guys !!! nggak akan nyesel nonton film ini. Tak heran jika film ini juga booming di benua eropa. Good job buat orang – orang yang berada di balik film ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar