Ibu, tak terasa dua puluh tahun telah berlalu sejak kau mengenalkanku pada kehidupan bernama fana ini. Rupanya sang waktu berlalu begitu cepat. Hingga saat inipun aku belum bisa membalas jasamu, meskipun aku yakin sampai akhir hayatkupun aku tak akan mampu untuk membalas jasamu yang begitu besar itu.
Ibu, terima kasih telah mengenalkanku pada arti kehidupan yang sebenarnya. Telah mengajarkanku untuk bersyukur dengan apa yang kita terima.
Karenamu aku percaya akan arti sebuah kasih sayang...
Karenamu aku percaya akan arti sebuah pengorbanan..
Terima kasih telah menjadi satu - satunya orang yang mempercayaiku disaat semua orang memandangku sebelah mata. Menceritakan rencana kehidupanku dimasa datang bersamamu, terasa sangat menyenangkan.
Ibu, aku tak pernah iri pada siang dan malam. Jika siang memiliki matahari yang terang berderang, dan malam memiliki bintang sirius yang paling terang, aku memilikimu. Seorang malaikat yang tak pernah lelah memancarkan sinar. Yang tak pernah bosan mengingatkanku untuk menemui-Nya lima kali dalam satu waktu, yang tak pernah lelah memasak makanan enak untukku. Yang tak pernah bosan menghabiskan seluruh waktunya untukku, yang dengan ikhlas mengorbankan seluruh hidupnya untuk mengasuhku. Dan yang rela tidak membeli barang yang diidamkan, karena mengalah demi memenuhi permintaanku.
Jika setiap hari kau selalu berteriak karena kelakuanku yang nakal, maka disitulah rasa cintamu tercurah. Marah dan cintamu merupakan satu paket yang dibedakan oleh sekat tipis bernama kasih sayang.
Ibu ...
Terima kasih atas segala cinta dan kasih sayangmu,
Ibu
Aku menyayangimu dengan segenap jiwaku ...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar