Kamis, 11 Agustus 2016

Kenapa harus menulis?



Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pramoedya Ananta Noer

Baca postingan sebelumnya 'why iam write?' di sini

Berawal dari sebuah pertanyaan teman, tiba-tiba munculah ide untuk membuat tulisan ini. Kenapa sih seseorang harus menulis dan memiliki karyanya sendiri?

Sebenarnya menulis bukanlah sebuah keharusan, tetapi ada banyak hal positif yang terjadi ketika seseorang menulis. Adalah hal yang menakjubkan tatkala rangkaian kata berubah menjadi seuntai makna yang bisa menginspirasi banyak personal. 


Awalnya mungkin sekadar hobi atau kesenangan. Seseorang yang senang membaca belum tentu bisa menulis, sedangkan penulis sudah pasti senang membaca. Raditya dika, Agnes Davonar, Chaos @work dan sederet penulis bintang lainnya, mengawali karir dari sebuah kesenangan, menulis catatan kegelisahannya di sebuah blog. Hingga keberuntungan mengantarkan usaha dan kerja kerasnya menjadi penulis terkenal. Bukankah hal yang paling menyenangkan adalah bekerja berdasarkan hobi? Tidak ada tuntutan maupun tekanan, hati juga lebih lapang.  

Tetapi ada juga yang menulis lantaran tuntutan pekerjaan. Seperti  jurnalis, script writer, dan banyak lainnya. 

 Menulis itu juga seperti sebuah obat. Tak jarang orang yang galau, sembuh setelah ia menulis. Mencurahkan segenap isi hatinya ke dalam tulisan apik nan menarik sehingga mampu mengantarkan pembaca pada perasaan yang dirasakan oleh penulisnya. Bisa dikatakan mereka menulis agar berdamai dengan dirinya sendiri. Sebagai amunisi bagi mereka tak banyak biacara di depan publik. 

Tingkatan teratas mengapa seseorang harus menulis adalah menyuarakan kebenaran. Ada seseorang yang mengatakan, menulis itu seperti berdakwah. Menamkan nilai luhur yang baik bagi pembacanya. Dengan menulis, seseorang turut memberikan warisan tak ternilai bagi anak cucunya kelak. 


***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar