Sesuatu hal akan menarik untuk
disimak/didengarkan/dibaca apabila hal tersebut relate dengan
pendengar/pembacanya. Hal itu pula yang akhir-akhir ini mulai saya rasakan.
Dulu, saya begitu malas untuk membaca hal-hal berbau jodoh/perjodohan. Entah itu fiksi atau bacaan nonfiksi.
Walaupun tetap saya baca sebanarnya, tak dapat dipungkiri jika otak saya
mengeluh, bertanya-tanya apa sih menariknya ini? mengapa banyak sekali yang
membahasnya? (itu dulu ketika saya berumur belasan tahun)
Dan kini saya seperti mendapat karma di awal usia saya di
angka kepala dua, saya ikut-ikutan tertarik untuk menyimak ataupun membaca.
Pasalnya saya tidak menyangka jika skenario jodoh itu sangat lucu. Dalam
beberapa kasus yang saya ikuti, ada beragam kisah yang membuat tangan saya
gatal untuk menuliskannya.
Tentang mereka yang merencanakan jodohnya, tentang mereka
pula yang jodohnya datang tak terduga. Adapula kisah mereka yang berakhir
menjadi penunggu jodoh orang saja.
Sebut saya si cantik. Terhitung sejak awal mula kuliah
hingga kelulusan tiba ia masih berpacaran dengan si tampan. Bisa dibayangkan
kisah cinta mereka setara dengan strata 1 dalam istilah pendidikan yang sedang
mereka tempuh. Tak ada yang ganjil dari hubungan mereka, dari awal terlihat
baik-baik saja. Pasangan sempurnalah kami menyebutnya. Si tampan yang selalu
setia menunggu si cantik pada saat kuliah, juga dengan senang hati megantar si
cantik ke mana saja.
Yang namanya campur tangan Tuhan memang tak dapat diduga.
Kisah manis cinta mereka yang dirajut selama empat tahun bisa seketika kandas
dalam kedipan mata. Tak lama setelah peristiwa itu terjadi, berembus kabar lain
yang menyatakan jika si cantik akan segera menikah. Mempelainya bukan lagi si
tampan, melainkan si pria baik hati yang baru saja si cantik temui. Hal
kemudian yang bisa saya petik adalah, sekeras apapun kamu menjaga ikatan cinta,
jika Sang Penguasa tidak merestui, kita yang hanya remahan debu bisa apa?
Beralih dari kisah si cantik dan si tampan, si jenius
memiliki kisah yang tak kalah mencengangkan. Empat tahun kuliah, sekalipun ia
tak perlah terlihat menggandeng pria. Dan disaat kami dinyatakan lulus,
tahu-tahu ia menyebar undangan pernikahannya. Saya pun tak percaya pada
awalnya, namun ketika melihat dengan jelas bukti undangan cetak yang dikirim
via grup whatsapp, mau tak mau kami pun memercayainya. Skenario jodoh
kedua, datangnya tak terduga.
***
Sumber gambar : pixabay.com
Sampai jumpa di postingan tentang jodoh berikutnya ...
Love,
Sari

Tidak ada komentar:
Posting Komentar