Kamis, 30 November 2017

Jodoh



Sesuatu hal akan menarik untuk disimak/didengarkan/dibaca apabila hal tersebut relate dengan pendengar/pembacanya. Hal itu pula yang akhir-akhir ini mulai saya rasakan. Dulu, saya begitu malas untuk membaca hal-hal berbau jodoh/perjodohan.  Entah itu fiksi atau bacaan nonfiksi. Walaupun tetap saya baca sebanarnya, tak dapat dipungkiri jika otak saya mengeluh, bertanya-tanya apa sih menariknya ini? mengapa banyak sekali yang membahasnya? (itu dulu ketika saya berumur belasan tahun)

            Dan kini saya seperti mendapat karma di awal usia saya di angka kepala dua, saya ikut-ikutan tertarik untuk menyimak ataupun membaca. Pasalnya saya tidak menyangka jika skenario jodoh itu sangat lucu. Dalam beberapa kasus yang saya ikuti, ada beragam kisah yang membuat tangan saya gatal untuk menuliskannya. 

            Tentang mereka yang merencanakan jodohnya, tentang mereka pula yang jodohnya datang tak terduga. Adapula kisah mereka yang berakhir menjadi penunggu jodoh orang saja. 

            Sebut saya si cantik. Terhitung sejak awal mula kuliah hingga kelulusan tiba ia masih berpacaran dengan si tampan. Bisa dibayangkan kisah cinta mereka setara dengan strata 1 dalam istilah pendidikan yang sedang mereka tempuh. Tak ada yang ganjil dari hubungan mereka, dari awal terlihat baik-baik saja. Pasangan sempurnalah kami menyebutnya. Si tampan yang selalu setia menunggu si cantik pada saat kuliah, juga dengan senang hati megantar si cantik ke mana saja.

            Yang namanya campur tangan Tuhan memang tak dapat diduga. Kisah manis cinta mereka yang dirajut selama empat tahun bisa seketika kandas dalam kedipan mata. Tak lama setelah peristiwa itu terjadi, berembus kabar lain yang menyatakan jika si cantik akan segera menikah. Mempelainya bukan lagi si tampan, melainkan si pria baik hati yang baru saja si cantik temui. Hal kemudian yang bisa saya petik adalah, sekeras apapun kamu menjaga ikatan cinta, jika Sang Penguasa tidak merestui, kita yang hanya remahan debu bisa apa? 

            Beralih dari kisah si cantik dan si tampan, si jenius memiliki kisah yang tak kalah mencengangkan. Empat tahun kuliah, sekalipun ia tak perlah terlihat menggandeng pria. Dan disaat kami dinyatakan lulus, tahu-tahu ia menyebar undangan pernikahannya. Saya pun tak percaya pada awalnya, namun ketika melihat dengan jelas bukti undangan cetak yang dikirim via grup whatsapp, mau tak mau kami pun memercayainya. Skenario jodoh kedua, datangnya tak terduga. 

***

Sumber gambar : pixabay.com


Sampai jumpa di postingan tentang jodoh berikutnya ...
Love,
Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar