Bonus
demografi adalah sebuah kondisi di mana populasi penduduk suatu negeri
didominasi oleh penduduk usia produktif. Rentan usia produktif adalah
15-64 tahun.
Saya
mendengar istilah ini pada saat kelas 3 SMK, dan pada saat itu usia saya adalah
17 tahun. Tak banyak yang terpikir oleh saya kala itu, karena yang terpikir
hanyalah bagaimana caranya bisa lulus sekolah dengan nilai bagus agar bisa
mendapatkan beasiswa untuk kuliah.
Beranjak
pada masa kuliah, ada sebuah massa, di saat mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan kami melakukan debat kelas. Ada yang mengatakan program KB
cukup efektif untuk menanggulangi kemiskinan penduduk negeri. Kemudian saya
berpikir, kalau semua masyarakat mencanangkan KB dan hanya memiliki keturanan
terbatas, anggaplah 2 anak cukup. Lalu apa kabar bonus demografi nanti? Padahal
kabarnya Indonesia akan mengalami puncak demografi pada saat tahun 2030
mendatang.
Demografi
itu luar biasa besar efeknya. Jepang bisa maju dan berhasil keluar dari
terpuruknya kondisi pasca ledakan bom di Nagasaki dan Hirosima berkat negaranya
yang mengalami bonus demografi.
Kalau
kata Ir. Soekarno (Presiden pertama Indonesia) “Berikan aku 1000 orang tua,
niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia”
Wah,
betapa dahsyatnya pengaruh pemuda itu. Tentunya pemuda yang berintegritas dan
berwawasan luas, bukan pemuda yang mengkuti arus global seperti generasi
tiktok. *ehhh
Intinya,
bukan pemuda alay dan juga hanya bisa berkritik pedas layaknya para netizen di
media sosial, namun pemuda yang memiliki solusi dan berkeinginan kuat
memberikan kontribusi positif terhadap negeri.
Dan
saat ini kita sudah hampir berada di penghujung tahun 2018. Sebentar lagi
2019, dan semakin cepat pula kita akan menuju 2030.
Di
samping isu-isu negatif generasi muda yang berlaku postif di media sosial,
sebenarnya banyak sekali pemuda negeri ini yang peduli dan mulai beraksi untuk
memajukan negeri. Saya menemui banyak komunitas-komunitas yang peduli terhadap
anak pedalaman, aware terhadap betapa pentingnya
literasi dan masih banyak lainnya. Dan ketika melihat hal tersebut, saya
optimis jika 2030 nanti Indonesia bisa mengambil kesempatan emas bonus
demografi tersebut dengan baik dan bijaksana, Insyaallah Indonesia bisa seperti
Jepang bahkan bisa melampaui. Amin ya rabbal alamin.
Yuk,
budayakan tabayyun dan kurang-kurangi debat kusir di media sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar