Jumat, 08 Desember 2017

Pertanyaan Ajaib #1


Di dalam kehidupan sehari-hari, seringkali saya mendapatkan pertanyaan ajaib yang sebenarnya sukses membuat  gigit jari.  Karena terlalu malas untuk menjawab, maka saya putuskan untuk menuliskannya saja di sini. Mungkin nanti ke depannya, saya juga akan rajin memposting pertanyaan-pertanyaan ajaib itu. 

Kamis, 07 Desember 2017

Melepas Masa Lalu

Hari ini aku berlaku egois. Melakukan sebuah tindakan yang aku pikir hanya ada di sinetron sebelumnya. Aku terpaksa berbohong hanya untuk menutupi rasa sakit hati yang menikam. Ia meminta nomor telepon gadis lain padaku. Hal kecil yang sukses membuatku menjerit kesakitan. Aku tahu, tak seharusnya aku tetap menggenggam layangan putus itu, karena lambat laun angin pasti akan merenggutnya dariku secara paksa hingga membuat tanganku berdarah. Tapi bagaimana lagi aku sangat menyayangi layangan itu. Tak bisakah jika aku tetap menggenggamnya?


*Di suatu pagi yang kelabu

Minggu, 03 Desember 2017

Dear Tuan Yang Namanya Terpatri dalam Hati



Dear, tuan yang namanya terpatri dalam hati....

            Sejak berbincang denganmu di waktu sebelum terbitnya cahaya itu, aku mendapati diriku sudah tidak waras lagi. Bagaimana mungkin pikiranku tak pernah absen menyerukan namamu? Serta perasaanku yang menghangat kala mengingat interaksiku denganmu. Aku takut sebenarnya menarik kesimpulan atas rasa ini, karena sejatinya telah ada seseorang yang lebih pantas atas perasaan ini. Tetapi bagaimana lagi? Kita tidak bisa mengatur perasan kita sendiri bukan? Jadi bukan salahku jika pada akhirnya aku mencintaimu.

Sabtu, 02 Desember 2017

Kamu

Kamu ... 

Yang selalu kusebut dalam doaku, yang kunanti kehadirannya selalu, yang menjadi harap dalam masa depanku. Tak pernah terpikir sebelumnya jika kamu yang akan datang untuk menyempurnakan separuh agamaku.  Aku tak mau munafik, mengatakan jika kamu adalah sepenuhnya tipe idealku. Kamu bukanlah orang yang sempurna di anganku. Kasarnya, bukan kamu yang kuharapkan untuk menjadi pendamping hidupku.

Jangan marah dulu, aku belum selesai bercerita sepenuhnya padamu. Kamu memang bukan harapku, tapi kamu yang berhasil menakhlukkan hati orangtuaku. Hanya kamu yang berani datang ke keluargaku untuk melamarku. Itu adalah poin besar untukmu.

Aku yakin yang sempurna itu tidak ada. Allah telah menyiapkan jodoh bagi umatnya yang sama rata. Jika Allah mengirimkan kamu untukku, ya memang karena kamulah yang pantas. Aku tahu aku memang tidak tahu diri. Aku yang jauh dari sempurna ini mengharapkan kesempurnaan. Kita sama-sama tidak sempurna memang, tapi aku berharap jika kita bersatu nanti, ketidaksempurnaan itu akan berubah menjadi sempurna.


Love,
Sari


Jumat, 01 Desember 2017

Ibu itu ...



Wanita paling cerewet dan bawel setengah mati. Bawelan itu jika menyangkut kenakalan  serta ke-keras-kepala-an kami (read:keluarganya). Terkadang juga menjadi wanita paling sabar, seperti saat dulu ketika aku pertama kali masuk sekolah dasar, aku tak pernah mau masuk kelas jika tidak duduk sebangku dengan ibu, kemudian dengan kesabarannya yang tingkat dewa ibu menemaniku, menekan rasa malunya demi meminta izin kepada wali kelas agar diperbolehkan masuk kelas dan duduk menemaniku.

Kamis, 30 November 2017

Jodoh



Sesuatu hal akan menarik untuk disimak/didengarkan/dibaca apabila hal tersebut relate dengan pendengar/pembacanya. Hal itu pula yang akhir-akhir ini mulai saya rasakan. Dulu, saya begitu malas untuk membaca hal-hal berbau jodoh/perjodohan.  Entah itu fiksi atau bacaan nonfiksi. Walaupun tetap saya baca sebanarnya, tak dapat dipungkiri jika otak saya mengeluh, bertanya-tanya apa sih menariknya ini? mengapa banyak sekali yang membahasnya? (itu dulu ketika saya berumur belasan tahun)

Minggu, 12 November 2017

Cukup Mencintaimu Dalam Diam


Tak perlu menatap, cukup dengan mendengar suaramu saja jantungku berdetak tak sama. Tanpa harus mengetahui keindahan rupamu, aku telah merasa nyaman tatkala diksimu memenuhi otak. Hatiku seketika memilihmu saat pertama kali kamu menuntunku pada celah cahaya. Aku tak butuh rasaku berbalas, cukup angin saja yang merasakan. Karena aku tahu hatimu telah terukir satu nama.
Dan itu ... bukanlah aku ...

Aku tak ingin menjadi benalu dalam ikrar sucimu dengannya. Biarlah hatiku saja yang terluka. Aku tak ingin membebanimu setitik saja.