Minggu, 24 April 2016

Friend (Ship) Papers


 Masih segar dalam ingatan, kala itu sedang berlangsung pelajaran matematika. Keadaan yang tidak lagi konduktif memaksa pak Sofyan untuk menghentikan kegiatan belajar mengajar yang tengah berlangsung. Teman-teman kita menyambut dengan sangat antusias. Mereka membiarkan buku catatan mereka tergeletak tak berdaya di atas bangku sekolah yang telah penuh dengan coretan tangan mereka sendiri. Ada yang memilih bergosip, bernyanyi ria meskipun suaranya terdengar fals, ada juga yang memutuskan bermain bola di belakang.

Lain halnya dengan mereka, kita memilih untuk melipat kertas bekas oretan menjadi sebuah perahu kertas. Kita tertawa, saling melempar ejekan, juga, Sesekali kita saling memotret perahu kertas yang telah jadi. 


        Hujan di luar semakin deras, kilatan petir mulai menyambar. Suasana kelas langsung senyap. Tetapi kita tak merasa gentar sedikitpun, masih tetap bercanda, dan tertawa ria. Di atas bangku telah berdiri empat perahu kertas buatan kita, permainan mulai membosankan. Entah inisiatif dari siapa, kita merubah permainan. Kali ini menghubungkan jari-jari kita membentuk sebuah bintang. Bintang yang kita harapkan akan menjadi penerang persahabatan kita hingga kelak. Hingga dewasa, kita menjadi nenek-nenek yang mungkin akan menjodohkan para cucu kita satu sama lain. 

        Persahabatan kita memang tidak instan. Saya juga lupa kapan tepatnya bisa mengenal kalian, bisa merasa nyaman bersama kalian, bisa tertawa lepas jika berada di dekat kalian, tak pernah malu untuk mengeluarkan air mata jika kesedihan mendera. Yang saya ingat hingga sekarang, saya beruntung berada di tengah kalian.

        Satu persatu teman-teman melihat ke arah kita. Mengolok jika kita bertingkah kekanak-kanakan, tetapi kalian tak pernah peduli. Kata kalian mereka hanyalah iri dengan kebersamaan kita.

      Sekarang, kita telah dewasa. Memiliki sederet kesibukan yang berbeda. Jika tak salah menghitung, hampir tiga tahun lamanya kita tak berkumpul bersama. Ada saja yang tidak bisa datang ketika sedang mengadakan pertemuan. Si cantik kini sibuk dengan pekerjaannya di luar kota, si mungil yang bersuara merdu kini sibuk melalanglang buana, sipaling baik hati kini sibuk dengan urusan asmaranya. Kini tersisa aku disini. Sendiri. Si cengeng yang masih bingung kemana arah angin akan membawanya, si cengeng yang setahun lagi Insyaallah memakai baju toga, si cengeng yang mulai lelah ditanya pacarnya siapa.

Semoga aku, kalian, dan kita bisa secepatnya meraih cita-cita...

Yang merindukan kalian,
Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar