Kamis, 24 Mei 2018

(7) Dua Tahun Kemudian



Seperti yang dijanjikan sejak awal, dua remaja yang telah bermetamorfosa menjadi wanita dewasa tersebut bertemu kembali setelah dua tahun lamanya.

Tanpa adanya kontak komunikasi, mereka berjalan ke arah yang berbeda, dengan tujuan yang berbeda pula.

Dan Akhirnya, hari ini. Di tempat kesukaan mereka berdua semasa kuliah, mereka memutuskan untuk menjalin kembali ukhuwah yang sempat termakan oleh spasi.

Wanita pertama yang memasuki kafe asyik adalah, seorang wanita putih, dengan mata nyaris sipit seperti orang cina. Gadis tersebut melangkah cantik, dengan angkel boat bewarna putih sebatas lutut yang dipadankan dengan skinny jeans navi dan kemeja monokrom. Rambutnya terbungkus rapi dalam balutan kerudung satin hitam.

Nuansa kafe asyik memang telah banyak berubah, namun gadis putih tersebut tetap memilih meja yang sama seperti yang biasa ia duduki bersama sahabat yang sebentar lagi juga akan datang.

Benar saja, tanpa menunggu lama satu wanita lagi yang sedang ditunggunya. Berjalan ke dalam kafe dengan langkah tergesa. Penampilan boleh saja semakin anggun, namun kecerobohan wanita itu sepertinya tetap menempel kuat. Lihat saja, belum apa-apa, ia telah menyenggol salah satu pelayan yang sedang membawa minuman menuju meja pelanggan. Beruntung pelayan tersebut cukup cekatan, sehingga minuman yang dibawanya tetap utuh tidak tumpah.

"Tia ... MasyaAllah, makin cantik aja," seru si wanita ceroboh saat netranya bertemu dengan netra si wanita putih.

"Alhamdulillah. Semua milik Allah. Eh, ini apa kok sudah buncit aja?" Si wanita putih terpekik. Saat berpelukan rindu dengan si wanita ceroboh ia merasa ada yang mengganjal perutnya.

Si wanita ceroboh menjawab malu-malu. "Calon keponakanmu."

"Serius? Ya allah, alhamdulillah. Semoga sehat dan lancar kehamilannya sampai persalinan nanti. Tapi ini aku sedikit kesal juga sih, kok kamu main nyerong kiri aja sih Dini?"

"Ini kita nggak duduk dulu nih, mau ngobrol berdiri aja? Nggak kasihan loh sama ibu hamil!"

"Astaghfirullah, lupa ... lupa ..... Ya sudah ayo duduk dulu. Duh, jadi bumil makin manja deh," goyon si wanita putih sambil terkekeh.

Sementara si wanita ceroboh menahan kikikannya. "Alhamdulillah, terimakasih ammah Tia."

"Udah kan? Jelasin sekarang."

"Pesan dulu lah..."

Si wanita putih pura-pura menjulingkan mata. Tapi ia tetap memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua. Apple tea dan potato untuknya, serta milkshake strowberry dan croissant untuk sang ibu hamil.

"Jadi gimana ceritanya? Kok nikah nggak ngasih kabar? Bukannya katamu dulu mau nikah tahun ini ya Din?"

"Jodoh mana ada yang tahu sih, Tia. Manusia bisa saja berencana, namun tetap. Allah yang menentukan. Lagipula jika telah datang lelaki sholeh pada kita,  masa kita tolak?"

"Ia sih. Tapi nggak nyangka aja gitu loh kamu sudah nikah aja."

"Karena saat pertemuan terakhir kita sebelum kamu berangkat ke brunei aku belum terlihat ada tanda-tanda dekat dengan seseorang ya? Malah kamu kan yang sudah tunangan waktu itu? Sekarang gimana Nan? Belum dihalalkan apa sudah halal?"

Si wanita putih berdecak. "Ya belumlah. Kan aku sudah bilang kapan tahun ke kamu, kalau aku harus sukses dulu."

"Sekarang sudah sukses kan? Tunggu apa lagi?"

"Tabungan sudah cukup, tapi calon pengantin prianya yang kabur."

Si wanita ceroboh tersedak minumannya.

"Hahahaa ... nggak seperti yang kamu pikirkan, Din. Maksudku, si Dia lagi ada project ke luar kota. Project jangka panjang gitu."

"Heh, omongan adalah doa tau. Hati-hati sama lisan makanya!"

"Ia deh. Aku mohon doa pokoknya, begitu project ini selesai acaraku semoga dilancarkan."

"Amin .... Jangan ditunda-tunda lagi pokoknya. Allah sudah menjanjikan rejeki kok untuk umatnya yang mau menyempurnakan separuh agama."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar