Saya tuh paling suka kalau baca novel terus
tokoh perempuannya dikelilingi/disayangi oleh banyak laki-laki. Bukan punya
banyak suami loh ya maksudnya, I mean
si tokoh perempuan merupakan adik bungsu kakak-kakaknya yang semuanya
laki-laki. Atau nggak sepupunya laki-laki semua, si tokoh tersebut doang yang
perempuan. Hahaha … Mungkin karena saya suka membaca cerita sambil membayangkan
jadi si tokoh perempuan tersebut kali yaa, jadi baper.
Kemudian
di Secangkir Kopi dan Pencakar Langit ini si tokoh perempuan—Ataya—merupakan satu-satunya
karyawan cewek di divisi IT. Semua pada sayang lagi sama si Ataya, menganggap si
Ataya adik bontot mereka. Ataya itu ceria dan easy going, pantas sih banyak yang senang sama dia. Tetapi di balik
keceriaan itu, Ataya menyimpan beban yang cukup berat. Ayahnya terkena struk,
dan dia yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Membayar biaya sekolah
adik-adiknya juga.
Lewat si Ataya ini saya seperti terasa
ditampar, ternyata ada loh perempuan yang menanggung beban lebih berat dari
saya tetapi tetap ceria, sedangkan saya yang begini saya masih suka mengeluh. Meskipun
harus dituntut mandiri saya masih punya orangtua sehat, suatu hal yang
seharusnya banyak-banyak saya syukuri.
Nah, kembali ke si Ataya. Dia ini
dihadapkan dengan dua lelaki yang notabene merupakan temannya di kantor.
Ghilman si suamiable sama Satriya—si cowok
yang tidak percaya sama namanya iner
beuty—tapi kena tulah ketika bertemu Ataya yang smart.
Bisa kalian tebak sendiri kelanjutannya? Yap,
kisah cinta segitiga. Dan saya senang ketika diending Ataya menikah dengan
lelaki yang tepat. Nah siapa lelaki tersebut, kalian harus cari tahu sendiri. Bagaimana
pun saya nggak mau spoiler banyak-banyak.
Yang jelas, lelaki yang siap menanggung
hidup kita lebih baik daripada lelaki yang hanya mampu menemani kita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar